Dari segala kemungkinan itu, aku mencoba untuk tak memaksa lagi.
Telah berkali-kali aku mencoba menghapus. Ku coba untuk
tak mengingatmu dan gagal. Haha. Iya...haha. aku memang serakah. Aku ingin
menang terus. Aku ingin memenangkanmu, entah kapan. Aku pun bisa lelah, tapi
aku tak pernah kehilangan yakinku atas kamu.
Aku tak akan
memaksa lagi. Aku tak akan menggenggam tanganmu, lagi. tapi aku akan menggandengnya.
Iya, aku takut jika aku menggenggamnya, aku akan menyakitimu. Hanya ku gandeng
lenganmu, membuat semua kenyamanan itu kembali ada. Jika aku bisa. Jika kau
mau. Iya, aku akan selau disampingmu. Jajal ninguk o kiwo po tengen, ono aku
lho. Aku ada dimana-mana.
Percayalah. Ini karena kewarasanku diragukan, masih
sangat diragukan.
Aku lihat
kamu, dari sini. Aku tetap jadi pengagummu, dari sini. Aku masih akan selalu
tersenyum ke kiri 2 cm ke kanan 2 cm. Selama 7 detik, bukan 2 menit. Semua
cerita tersimpan rapi dalam ingatanku. Ini bukan untukmu, untukku, ataupun
siapa saja. Ini untuk alam bawah sadarku yang masih selalu memanggil namamu
dalam doaku.
Tetaplah
hidup yang baik dan ceria. Tetaplah selalu ada dalam setiap perjalanan hidupku,
tetaplah jadi berwarna. Bahagiaku ada pada diriku sendiri. Semua kendali atas
aku ada di diriku sendiri. Terima kasih. Maaf. Ini maaf untuk semua khilafku,
salahku. Bukan kata maaf untuk memperbaiki keadaan. Kembalilah jika kau rindu,
dan ingin kembali.
Batu yang
kuat kokoh itu akan meleleh seketika. Hanya untukmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar