Tak akan pernah lagi aku terhanyut, tak akan pernah lagi aku terkikis.
Aku setting
ulang hatiku. Takkan luluh lagi, takkan hanyut, tak akan...pokoknya tak akan
lagi. Namun, selalu...yang kuinginkan sebenarnya adalah kembali ke masa lalu.
Itu hanya sekedar ekspektasi. Kenyataanya,
aku hanya bisa memutar memory-memory
masa lalu. Dan itu sungguh membuatku tersenyum. Aku tak menyesal bersamamu,
pernah bersamamu lebih tepatnya. Yang aku sesali, mengapa tak kusadari sejak
dulu. Bahwa sebenarnya hanya aku yang berjuang saat itu. Bahwa sebenarnya hanya
aku yang menginginkan “kita”. Bahwa sebenarnya akulah yang membuatmu pergi.
Bahwa sebenarnya kau pun tak menginginkan perpisahan itu terjadi. Bahwa semua
pikiranku, hatiku, tubuhku...semua-ku yang membuatku benar-benar terjebak dalam
satu nama.
Aku hanya
berusaha menerima dan berpikir itulah yang akan membuatmmu bahagia. Aku yang
selalu bersikap tak butuh alasan apapun. Akhirnya aku goyah dengan
pemikiran-pemikiranku selama ini. Sesuatu yang dulu ku pandang tinggi, sakral,
bukan main-main, bagiku sekarang sesuatu itu tak ada artinya. Aku tak lagi
menginginkannya, sekedar memimpikannya pun aku tak mau lagi.
Sepertinya
sekarang aku sudah menjadi robot tanpa program. Lebih sering error daripada
warasnya. Sekarang semua terasa terbalik. Aku? Apa yang harus aku lakukan? Apa
yang harus aku pikirkan? Siapa yang harus aku percayai? Apakah isi otakku
sebenarnya? Apakah mau hatiku yang sebenarnya? Memahami diriku sendiri saja aku
belum “khatam” bagaimana aku bisa memahami orang lain? Apakah aku terlalu
cepat? Apakah aku terlalu berharap? Apakah aku terlalu muluk-muluk?
Berjuta pertanyaan
selalu muncul dipikiranku, ku biarkan merela berlari-lari mencari jawaban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar