Senin, 22 Februari 2016

Seabrek Pertanyaan

Tak akan pernah lagi aku terhanyut, tak akan pernah lagi aku terkikis.

Aku setting ulang hatiku. Takkan luluh lagi, takkan hanyut, tak akan...pokoknya tak akan lagi. Namun, selalu...yang kuinginkan sebenarnya adalah kembali ke masa lalu. Itu hanya sekedar ekspektasi. Kenyataanya,
aku hanya bisa memutar memory-memory masa lalu. Dan itu sungguh membuatku tersenyum. Aku tak menyesal bersamamu, pernah bersamamu lebih tepatnya. Yang aku sesali, mengapa tak kusadari sejak dulu. Bahwa sebenarnya hanya aku yang berjuang saat itu. Bahwa sebenarnya hanya aku yang menginginkan “kita”. Bahwa sebenarnya akulah yang membuatmu pergi.
Bahwa sebenarnya kau pun tak menginginkan perpisahan itu terjadi. Bahwa semua pikiranku, hatiku, tubuhku...semua-ku yang membuatku benar-benar terjebak dalam satu nama.

Aku hanya berusaha menerima dan berpikir itulah yang akan membuatmmu bahagia. Aku yang selalu bersikap tak butuh alasan apapun. Akhirnya aku goyah dengan pemikiran-pemikiranku selama ini. Sesuatu yang dulu ku pandang tinggi, sakral, bukan main-main, bagiku sekarang sesuatu itu tak ada artinya. Aku tak lagi menginginkannya, sekedar memimpikannya pun aku tak mau lagi.

Sepertinya sekarang aku sudah menjadi robot tanpa program. Lebih sering error daripada warasnya. Sekarang semua terasa terbalik. Aku? Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku pikirkan? Siapa yang harus aku percayai? Apakah isi otakku sebenarnya? Apakah mau hatiku yang sebenarnya? Memahami diriku sendiri saja aku belum “khatam” bagaimana aku bisa memahami orang lain? Apakah aku terlalu cepat? Apakah aku terlalu berharap? Apakah aku terlalu muluk-muluk?


Berjuta pertanyaan selalu muncul dipikiranku, ku biarkan merela berlari-lari mencari jawaban.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar